ARTICLE AD BOX

TOKOH agama dan masyarakat Papua membantah pernyataan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XV Ngalum Kupel yang mengungkapkan TNI menggunakan pesawat dan bom dalam sejumlah kegiatan kemanusiaan di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.
Tokoh masyarakat dan agama di Distrik Kiwirok memastikan serta menyaksikan keberadaan TNI di bawah kendali Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III tengah melaksanakan misi kemanusiaan, bukan operasi militer apalagi membumihanguskan wilayahnya dengan pesawat bom.
Tokoh masyarakat sekaligus rohaniwan Pendeta Markus Nop mengecam penyebaran fitnah terhadap TNI, mengingat OPM yang selama ini menjadi pelaku utama serangan dan teror terhadap masyarakat Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.
“Mereka yang membakar sekolah, mengancam guru, tapi malah menuduh TNI mengebom desa. Itu bohong besar. Kami tahu siapa yang sebenarnya membuat kerusakan di sini," ujar Markus, melalui keterangannya, Jumat (17/10).
Aksi penyebaran hoaks dan fitnah kepada TNI, lanjut Markus, adalah strategi lama OPM untuk menutupi tindakan brutal, sekaligus menggiring opini publik khususnya masyarakat Papua agar membenci negara.
Melalui unggahan video editan, dan narasi menyesatkan, OPM mencoba menggiring simpati publik internasional sambil menutupi aksi kejahatan kemanusiaan terhadap warga sipil termasuk orang asli Papua.
“Saya jadi teringat peristiwa pilu September 2021 silam di desa kami. Usai bakar puskesmas, OPM melecehkan seluruh nakes (tenaga kesehatan) di mana salah seorang nakes, Ibu Gabriela Meilan, kita temukan tewas mengenaskan di jurang sedalam 500 meter,” ungkap Markus.
Sementara itu, Kepala Distrik Kiwirok, Yulianus Kalakmabin, menegaskan tuduhan terhadap TNI adalah pemutarbalikan fakta. Ia mengatakan OPM menjadi pelaku tunggal teror selama ini.
“Saya melihat sendiri bagaimana Kogabwilhan III membantu warga, terutama para guru yang ketakutan akibat pembakaran sekolah. Tidak ada bom, tidak ada pesawat tempur. Yang ada adalah bantuan dan perlindungan,” ujar Yulianus.
Ia mengatakan prajurit TNI di bawah kendali Kogabwilhan III, hadir di Kiwirok bukan untuk berperang, melainkan untuk menolong, melindungi dan memulihkan kehidupan masyarakat.
Yulianus mengimbau masyarakat internasional khususnya Papua, untuk lebih waspada terhadap berita tidak jelas sumbernya. Hoaks seperti tuduhan TNI menggunakan bom hanyalah bagian dari strategi kelompok separatis untuk menutupi aksi kekerasan mereka sendiri.
“Hoaks adalah senjata baru kelompok separatis. Mereka ingin menciptakan ketakutan dan perpecahan. Tapi masyarakat Papua sudah cerdas, kami tahu siapa yang benar-benar bekerja untuk rakyat,” pungkasnya. (H-3)