ARTICLE AD BOX

AUSTRALIA menegaskan stabilitas, keamanan, dan kedaulatan Indonesia merupakan unsur penting yang juga berdampak langsung pada kepentingan keamanan Australia. Pernyataan tersebut disampaikan Panglima Angkatan Bersenjata Australia (Chief of Defence Force), Laksamana David Johnston.
“Sebagai negara tetangga dekat, Australia mengakui bahwa stabilitas, keamanan, dan kedaulatan Indonesia juga sangat penting bagi kepentingan keamanan Australia,” ujar Johnston dalam jumpa pers di The Ritz Carlton Hotel Kuningan, Jakarta, Jumat (17/10) siang.
Johnston di Jakarta dalam rangka menghadiri Australia-Indonesia High Level Committee on Defence Cooperation ke-13. Pagi harinya, dia baru saja bertemu dengan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Menanggapi isu regional, Johnston menyoroti meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik. Dia juga menyinggung perjanjian pertahanan baru antara Australia dan Papua Nugini yaitu Pukpuk Treaty.
Dia menegaskan perjanjian dengan Papua Nugini tidak mengubah komitmen Australia terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lombok Treaty.
“Perjanjian itu justru memperkuat kolaborasi antara tiga negara kita. Kami percaya bahwa setiap langkah yang dapat meningkatkan keamanan dan stabilitas kawasan, termasuk Pukpuk Treaty, akan bermanfaat bagi Indonesia, Australia, dan kawasan yang lebih luas,” jelasnya.
Johnston juga mengungkap pembahasan bersama Menhan Sjafrie terkait berbagai inisiatif kerja sama maritim dan pelatihan gabungan antara ADF dan TNI yang sudah berjalan.
Johnston menyebut kerja sama antara ADF dan TNI terus tumbuh dari tahun ke tahun. Ia menyoroti pentingnya kemitraan pertahanan kedua negara dalam menghadapi situasi geopolitik global yang kian kompleks.
“Kemitraan antara ADF dan TNI terus berkembang dan semakin mendalam,” ucapnya.
“Tahun lalu, Australia dan Indonesia menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang mempermudah kedua militer untuk bekerja bersama di berbagai bidang," imbuhnya.
Perjanjian tersebut, lanjut Johnston, memperkuat kemampuan interoperabilitas antara ADF dan TNI, khususnya dalam bidang keamanan maritim, penanggulangan terorisme, bantuan kemanusiaan dan bencana, dukungan logistik, pendidikan dan pelatihan, serta kerja sama industri pertahanan.
Kedua angkatan bersenjata melaksanakan sekitar 20 latihan gabungan tahunan dan dua tahunan. Salah satunya latihan gabungan Keris Woomera pada akhir 2024 yang melibatkan lebih dari 2.000 personel dari kedua negara dalam operasi amfibi, maritim, udara, dan darat. Latihan tersebut menjadi salah satu yang terbesar yang pernah digelar ADF di luar negeri.
Pada Juli tahun ini, TNI juga berpartisipasi dalam latihan militer multinasional Talisman Sabre di Australia yang melibatkan lebih dari 40.000 personel dari 19 negara mitra.
Johnston menambahkan dalam waktu dekat kedua militer akan kembali menggelar latihan Bhakti Kayini Ausindo yang berfokus pada bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana, serta latihan Rajawali Ausindo yang berfokus pada mobilitas udara.
“Tahun depan, saya menantikan kehadiran TNI di Australia untuk latihan udara terbesar kami, Exercise Pitch Black, serta latihan maritim unggulan kami, Exercise Kakadu,” kata Johnston.
Selain latihan bersama, kata Johnston, Australia juga membuka kesempatan bagi taruna dan perwira Indonesia untuk menempuh pendidikan militer di institusi pertahanan Australia. (I-3)