ARTICLE AD BOX
Tokyo (ANTARA) - China memulai rangkaian acara untuk memperingati 80 tahun penyerahan resmi Jepang dalam Perang Dunia II pada Rabu.
Peringatan tersebut mencakup parade militer besar-besaran di Beijing yang menyoroti solidaritas antara Presiden Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Di antara rangkaian acara yang berlangsung di Lapangan Tiananmen, Xi dijadwalkan menyampaikan pidato mengenai apa yang disebut China sebagai kemenangan dalam Perang Perlawanan terhadap Agresi Jepang 1937–1945 dan Perang Anti-Fasis Dunia.
Tampilan solidaritas Xi bersama para pemimpin Rusia dan Korea Utara dalam acara yang tidak dihadiri oleh para kepala negara besar Barat ini, kemungkinan akan dipandang sebagai tantangan terhadap Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump.
Selain Putin dan Kim, lebih dari 20 pemimpin negara asing juga diundang, termasuk Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing.
Dari Jepang, mantan Perdana Menteri Yukio Hatoyama turut diundang sebagai mantan pejabat tinggi yang tidak berafiliasi dengan pemerintahan Jepang saat ini yang berada di bawah Perdana Menteri Shigeru Ishiba.
Dalam parade yang berlangsung selama 70 menit, sejumlah senjata generasi baru seperti jet tempur, peralatan intelijen nirawak, dan rudal hipersonik dipamerkan. Menurut militer China, seluruh persenjataan yang ditampilkan merupakan buatan dalam negeri dan masih aktif digunakan.
Sebanyak 45 formasi dan pasukan dilibatkan dalam parade akbar tersebut, menurut pihak militer.
China terakhir kali menggelar parade berskala besar pada tahun 2019 untuk memperingati 70 tahun berdirinya negara komunis tersebut. Pada tahun 2015, acara serupa juga digelar di Lapangan Tiananmen untuk memperingati 70 tahun berakhirnya perang, yang juga dihadiri oleh Xi, Putin, dan para pejabat tinggi lainnya.
Sementara itu, menurut media China, Mao Zedong yang merupakan pendiri China modern, turut menghadiri parade militer di Beijing pada Oktober 1959 bersama dengan pemimpin Soviet Nikita Khrushchev dan pendiri Korea Utara Kim Il Sung, untuk memperingati 10 tahun berdirinya negara tersebut.
Keamanan untuk acara tersebut sangat ketat, dengan pembatasan lalu lintas diberlakukan serta layanan kereta bawah tanah dan bus dihentikan di pusat kota Beijing.
Sumber: Kyodo-OANA
Baca juga: Presiden Prabowo Subianto hadiri parade militer di Beijing
Baca juga: China sambut hangat kedatangan Kim Jong-un untuk parade militer 3 Sept
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.