ARTICLE AD BOX
Tianjin (ANTARA) - Presiden China Xi Jinping pada Senin (1/9) mengusulkan Inisiatif Tata Kelola Global (Global Governance Initiative/GGI), menyerukan negara-negara untuk bekerja sama demi mewujudkan sistem tata kelola global yang lebih adil dan merata.
Hal itu disampaikan oleh Xi saat memimpin Pertemuan Organisasi Kerja Sama Shanghai (Cooperation Organization/SCO) Plus di Tianjin, China utara.
Di kota pelabuhan tersebut, SCO menggelar konferensi tingkat tinggi (KTT) terbesarnya dalam 24 tahun sejarah organisasi itu, yang dihadiri oleh pemimpin dari 20 lebih negara dan 10 kepala organisasi internasional.
GGI menjadi inisiatif global penting keempat yang digagas oleh Xi dalam beberapa tahun terakhir, setelah Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative/GDI), Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative/GSI), dan Inisiatif Peradaban Global (Global Civilization Initiative/GCI).
Xi menekankan lima prinsip GGI, yakni menjunjung kesetaraan kedaulatan, mematuhi aturan hukum internasional, mempraktikkan multilateralisme, mengedepankan pendekatan yang berpusat pada rakyat, serta berfokus pada pengambilan tindakan nyata.
Meskipun tren sejarah berupa perdamaian, pembangunan, kerja sama, dan keuntungan bersama tetap tidak berubah, mentalitas Perang Dingin, hegemoni, dan proteksionisme masih menghantui dunia, tutur Xi. Ancaman dan tantangan baru terus meningkat sehingga dunia memasuki periode turbulensi dan transformasi baru, imbuhnya.
"Tata kelola global kini berada di persimpangan jalan baru," ujar Xi.

Tahun ini menandai peringatan 80 tahun kemenangan dalam Perang Anti-Fasis Dunia dan berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Xi menegaskan pentingnya menjaga status dan kewenangan PBB, serta memastikan peran utamanya yang tak tergantikan dalam tata kelola global
Xi menambahkan bahwa semua negara, terlepas dari ukuran, kekuatan, atau kekayaannya, adalah partisipan, pengambil keputusan, dan penerima manfaat yang setara dalam tata kelola global.
"Tidak boleh ada standar ganda, dan aturan yang dibuat segelintir negara tidak boleh dipaksakan kepada negara lain," ucap Xi.
Xi juga menyerukan upaya untuk menghadapi tantangan bersama bagi umat manusia secara lebih baik, mempersempit kesenjangan Utara-Selatan, dan melindungi kepentingan bersama semua negara secara lebih baik.
Presiden China itu menekankan bahwa SCO harus tampil untuk memimpin dan memberikan teladan dalam pelaksanaan GGI serta menjadi kekuatan stabilitas di tengah gejolak dunia.
Direktur Jenderal Institut Hubungan Internasional Kamboja Kin Phea menyebut SCO menawarkan "alternatif yang menarik terhadap pola pikir zero-sum." Alternatif itu menekankan "upaya mendengar alih-alih mendikte, solidaritas alih-alih supremasi, serta pertumbuhan bersama alih-alih keuntungan sendiri."
Didirikan di Shanghai pada Juni 2001, SCO telah berkembang dari enam anggota pendiri menjadi organisasi regional terbesar di dunia. Kerja samanya mencakup lebih dari 50 bidang, dengan output ekonomi gabungan mencapai hampir 30 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp16.463).
Xi mendesak agar SCO mendorong kerja sama terbuka di seluruh dunia. "Kita harus terus meruntuhkan tembok, bukan membangunnya. Kita harus mengupayakan integrasi, bukan pemisahan. Kita harus memajukan kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra yang berkualitas tinggi, serta mendorong globalisasi ekonomi yang saling menguntungkan dan inklusif," ujar Xi.
Xi berjanji China akan siap berbagi peluang yang dimiliki pasar domestiknya yang luas serta melanjutkan implementasi rencana aksi pembangunan berkualitas tinggi dalam kerja sama ekonomi dan perdagangan di lingkup SCO.
Investasi China di negara-negara anggota SCO telah melampaui 84 miliar dolar AS, sementara perdagangan bilateral tahunannya dengan negara-negara anggota SCO lainnya telah menembus 500 miliar dolar AS.
Secara khusus, Xi menyinggung soal berbagi manfaat dari kemajuan di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Dia juga mengundang negara-negara dengan kapasitas yang relevan untuk berpartisipasi dalam proyek Stasiun Penelitian Bulan Internasional.
Xi juga menekankan perlunya "menentang hegemoni dan politik kekuasaan secara tegas", mendorong SCO agar menjadi pilar dalam menciptakan dunia multipolar dan demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional.
Peserta KTT memuji GGI sebagai inisiatif yang "tepat waktu dan relevan". Mereka menilai inisiatif itu mengontribusikan kearifan dan solusi China bagi tantangan yang dihadapi dunia saat ini. Mereka juga mengatakan bahwa praktik sukses SCO dalam menjunjung Semangat Shanghai menjadi teladan utama bagi perbaikan tata kelola global.
Inisiatif ini merupakan "kebutuhan masa kini dan aspirasi bersama seluruh masyarakat global," tutur Zafar-Ud-Din Mahmood, mantan asisten khusus perdana menteri Pakistan.
Dia berharap GGI akan membawa stabilitas, toleransi, perdamaian, dan inklusivitas bagi dunia.
Pewarta: Xinhua
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.