ARTICLE AD BOX
Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti dari University of Hong Kong menemukan bahwa orang dewasa yang merasa cemas di Hari Senin memiliki kadar kortisol (hormon stres utama tubuh) 23 persen lebih tinggi dibanding mereka yang mengalami kecemasan di hari lain. Temuan ini dipublikasikan dalam Journal of Affective Disorders setelah menganalisis lebih dari 3.500 orang dewasa berusia di atas 50 tahun di Inggris.
Dilansir dari New York Post, kortisol memang berfungsi membantu tubuh tetap waspada dan merespons ancaman. Namun, hormon ini juga dapat melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko penyakit jantung dalam jangka panjang. Menariknya, efek stres di hari Senin juga ditemukan pada para pensiunan.
"Stres tidak hanya reaktif, banyak dari apa yang dilakukan kortisol bersifat antisipatif. Ekspektasi terhadap stres bisa membuat kadar kortisol meningkat lebih tinggi daripada stres itu sendiri," kata ahli biologi dan saraf dari Stanford University, Robert Sapolsky.
Peneliti juga menilai lonjakan stres di Hari Senin dapat berkaitan dengan perubahan pola tidur, makan, dan aktivitas di akhir pekan yang memengaruhi jam biologis tubuh. Peralihan mendadak dari suasana santai menuju tuntutan pekerjaan di awal pekan membuat otak dan tubuh bekerja ekstra.
"Ada sesuatu yang terasa melelahkan tentang Hari Senin, seperti kamu harus bangun, berdandan, fokus, menghadapi kemacetan, sementara di akhir pekan kamu tidak melakukan hal-hal ini," ujar profesor di Columbia Business School yang meneliti stres dan performa, Modupe Akinola.
Fenomena Benci Hari Senin ini pun memperlihatkan bahwa awal pekan bukan sekadar pergantian hari, melainkan momen yang bisa memicu reaksi fisiologis serius pada tubuh.